REKENING DONASI MOSSDEF SYSTEM : BANK MU'AMALAT CABANG YOGYAKARTA NOMOR 0117546129 A/N NUGROHO AGUNG WIBOWO atau BANK BRI SYARIAH KCP JOGJA A DAHLAN A/N NUGROHO AGUNG WIBOWO NOREK. 1002252771.

Jumat, 16 Desember 2011

Doa Istikharah

Posted by Nugroho Agung Wibowo On 06.54 1 komentar


Masalah yang akan terjadi nanti atau besok merupakan hal yang ghaib bagi kita. Suatu perkara, apakah ia baik atau buruk, hanyalah Allah yang mengetahui. Terkadang ia datang dengan tiba-tiba atau bersamaan dengan yang lain dan mempunyai bobot yang sama. Pada saat itulah seseorang dituntut untuk memilih. Namun karena keterbatasan akal dan kemampuan manusia dalam memprediksi terhadap apa yang bakal terjadi, maka ia membutuhkan pertolongan dalam menentukan pilihan agar menghasilkan pilihan yang tepat dan tidak menyesal di kemudian hari.

Allah-lah tempat memohon pertolongan. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menganjurkan kita semua agar memohon pertolongan kepada Allah saja dalam segala permasalahan termasuk memilih suatu urusan. Untuk itu beliau mensunahkan kita shalat dan doa istikharah (doa memilih dan memohon taufiq dari dua masalah).

Imam Nawawi berpendapat bahwa apabila seorang mempunyai udzur, maka diperbolehkan dia untuk berdoa apa saja. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Jika salah seorang di antara kalian menginginkan sesuatu, maka hendaklah dia shalat dua rakaat yang bukan shalat fardlu, lalu mengucapkan : "Ya Allah, sesungguhnya aku meminta pilihan yang tepat kepada-Mu dengan ilmu pengetahuan-Mu dan aku memohon kekuasaan-Mu (untuk mengatasi persoalanku) dengan kemahakuasaan-Mu. Aku memohon kepada-Mu sesuatu dari anugerah-Mu Yang Maha Agung. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib. Ya Allah, apabila Engkau mengetahui bahwa urusan itu baik bagiku dalam agamaku dan akibatnya terhadap diriku (atau Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ... di dunia atau di akhirat). Takdirkanlah untukku, mudahkanlah jalannya, kemudian berilah berkah kepadaku di dalamnya. Akan tetapi apabila Engkau mengetahui bahwa perkara ini buruk bagiku dalam agama, kehidupan dunia dan akibatnya kepada diriku, maka singkirkanlah perkara tersebut dan jauhkanlah aku darinya. Takdirkanlah kebaikan untukku di mana saja kebaikan itu berada kemudian jadikanlah aku ridla terhadapnya. Orang yang mempunyai hajat hendaklah menyebutkan persoalannya." (HR. Bukhari 7/261)

Orang yang melakukan istikharah, hendaklah bermusyawarah dengan orang-orang mukmin dan berhati-hati dalam menangani persoalannya agar tidak menyesal di kemudian hari. Allah Maha Suci berfirman :
"... dan bermusyawarahlah bersama mereka (para shahabat) dalam urusan itu (peperangan, perekonomian, politik dan lain-lain). Dan jika kamu telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah ..." (Q.S. Ali Imran : 159)

Waktu Doa Istikharah

Imam Nawawi berpendapat bahwa seorang boleh melakukan doa istikharah setelah shalat-shalat sunnah rawatib maupun sunnah tahiyatul masjid. Disunnahkan sebelum berdoa memulai dengan membaca hamdalah dan shalawat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (lihat Al-Adzkar oleh Imam Nawawi). Akan tetapi pendapat Imam Nawawi di atas masih perlu diteliti lage karena secara dhahir (teks hadits) penyebab dilaksanakan shalat itu ialah untuk memohon pilihan, sehingga perlu shalat dua rakaat khusus, tidak cukup dengan shalat sunnah rawatib, tahiyatul masjid atau shalat dua rakaat setelah wudlu dan doa dilakukan setelah selesai shalat (lihat Bahjatun Nadhirin karya Syaikh Salim Al-Hilali).

Peringatan Penting

Ada beberapa hal yang perlu diperingatkan mengenai doa yang selama ini dipahami oleh masyarakat yaitu adanya anggapan bahwa setelah shalat, ia akan bermimpi tentang sesuatu yang harus ia lakukan. Karena anggapan seperti itu, kita lihat banyak orang melakukannya dengan berwudlu, shalat kemudian tidur dengan harapan bermimpi dalam tidurnya. Bahkan ada yang sambil berpakaian putih.

Sebagian ulama berpendapat -ini masih perlu diteliti kembali- bahwa doa istikharah cukup dengan shalat wajib atau rawatib. Padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membatasi doa itu setelah shalat dua rakaat khusus, bukan setelah shalat wajib.

Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan apa yang harus dilakukan setelah selesai shalat istikharah. Ada yang berpendapat melakukan apa yang ia anggap cocok. Sedang yang lain berpendapat mengerjakan apa yang ia merasa lega. Apabila seorang merasa mudah dan gampang serta cocok, hendaklah ia kerjakan pilihannya. Jika ternyata merasa sebaliknya setelah istikharah, hendaklah ia menahan diri untuk mengerjakannya (lihat Bahjatun Nadhirin karya Syaikh Salim Al-Hilali). Pendapat yang terakhir inilah yang beliau kuatkan.

Beberapa Kesalahan Dalam Istikharah

Kita hendaknya tidak mengikuti bid'ah yang sudah biasa dilakukan orang dalam doa istikharah, akan tetapi selalu mengikuti sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Dengan mengikuti sunnahnya dalam istikharah, insya Allah, problem kita akan selesai dengan mudah dan kita pun akan beruntung di dunia dan akhirat. Marilah kita kerjakan apa yang kita rasa lega setelah berdoa dan menjauhi ketergantungan kepada perasaan dan hawa nafsu yang timbul sebelum berdoa. Buanglah jauh-jauh perasaan itu! sebab jika tidak, berarti kita beristikharah kepada hawa nafsu, bukan kepada Allah Ta'ala. Wal iyadzubillah.

Tetapi sebaliknya kita harus jujur dalam memilih. Kita harus menyerahkan kekuasaan, pengetahuan dan hasil doa kita, serta daya dan upaya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala saja.

Di antara bid'ah-bid'ah shalat istikharah yang harus kita jauhi antara lain :

1. Doa istikharah harus dilakukan orang lain.
2. Harus ada mimpi tentang apa yang diniatkan atau melihat warna hijau atau putih bila apa yang dituju baik, dan melihat warna merah atau hitam bila yang dituju buruk.
3. Menghitung sejumlah kerikil yang diambil secara acak kemudian menghitungnya. Apabila berjumlah ganjil diurungkan niatnya dan bila berjumlah genap diteruskan niatnya.
4. Meminta dukun membaca garis-garis tangan agar menentukan hasil doa dengan kekuatan firasatnya.
Dan masih banyak lagi kemungkaran lain yang harus kita hindari dalam doa istikharah (lihat Al-Qaulul Mubin karya Syaikh Mansyhur Hasan Salman).

Demikian pula seorang harus menyerahkan segala keputusan/ketentuan kepada-Nya saja dengan keyakinan bahwa semua yang telah terjadi maupun akan terjadi karena takdir Allah semata. Sehingga apabila menemukan ketentuan baik, ia bersyukur dan apabila menemukan ketentuan jelek ia tidak putus asa. Inilah sikap orang beriman dalam menghadapi semua problematika kehidupan.

Demikianlah sekilas tentang doa istikharah menurut Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Semoga bermanfaat. Amiin.

Wallahu 'ala wa a'lamu wa 'azzu wa ahkam.

Maraji' :
1. Al-Qur'anul Karim.
2. Al-Adzkar, Al-Imam An-Nawawi, tahqiq Al-Arnauth, cet. Darul Hidayah.
3. Bahjatun Nadhirin, Syarhu Riyadlis Shalihin, Syaikh Salim Al-Hilali, cet. Dar Ibnul Jauziah.
4. Hishnul Muslim, Said bin Ali bin Wahf Al-Qahthani.
5. Al-Qaulul Mubin fi Akhthail Mushallin, Syaikh Masyhur Hasan Salman, cet. Dar Ibnul Qayyim.

1 komentar:

Posting Komentar