REKENING DONASI MOSSDEF SYSTEM : BANK MU'AMALAT CABANG YOGYAKARTA NOMOR 0117546129 A/N NUGROHO AGUNG WIBOWO atau BANK BRI SYARIAH KCP JOGJA A DAHLAN A/N NUGROHO AGUNG WIBOWO NOREK. 1002252771.

Senin, 01 Februari 2010

Definisi Syirik

Posted by Nugroho Agung Wibowo On 10.50 0 komentar


Syirik adalah menjadikan sekutu atau tandingan selain Allah Ta'ala dalam perkara rububiyahNya (meyakini bahwa Allah sebagai satu-satunya pihak yang mencipta, memberi rizki dan mengatur segala urusan, -red) dan uluhiyahNya (meyakini bahwa Allah sebagai satu-satunya pihak yang berhak disembah). Keumuman yang terjadi ditengah masyarakat kita ialah syirik dalam perkara uluhiyahNya; seperti berdoa kepada Allah dan bersamaan dengan itu juga berdoa kepada selainNya, atau memalingkan niat kepada sesuatu dalam melakukan peribadatan seperti penyembelihan, nazar, takut, berharap dan cinta. Perbuatan syirik ini merupakan dosa yang paling besar diantara dosa-dosa yang ada, dengan alasan dan sebab sebagai berikut:

Yang pertama, karena sesungguhnya dengan perbuatan syirik itu seorang hamba telah menyerupakan atau mensejajarkan Allah dengan makhluk dalam kekhususan uluhiyahNya. Maka barangsiapa yang berbuat kesyirikan berarti secara langsung maupun tidak, dia mempunyai anggapan bahwa Allah sejajar dengan makhlukNya. Dan yang demikian ini merupakan satu tindakan yang sangat dzalim dari berbagai kedzaliman yang ada. Allah Ta'ala berfirman:

"Sesungguhnya perbuatan syirik itu merupakan kedzaliman yang besar". (Luqman: 13)

Kedzaliman itu maknanya meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Maka barangsiapa yang beribadah kepada selain Allah berarti dia telah meletakkan ibadah bukan pada tempatnya yakni memalingkan peribadatan kepada pihak yang tidak berhak atasnya untuk disembah, sungguh hal ini merupakan puncak kedzaliman.

Kedua, Allah Ta'ala telah mengabarkan kepada kita bahwa Dia tidak akan mengampuni dosa syirik bagi orang yang belum sempat bertaubat atas perbuatannya. Allah Ta'ala berfirman:

"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni perbuatan syirik itu dan Dia mengampuni perbuatan selain syirik bagi siapa yang dikehendakiNya". (An Nisa: 48)

Ketiga, Allah Subhanahu Wa Ta'ala juga telah mengabarkan kepada kita bahwa Dia mengharamkan surga atas orang yang berbuat kesyirikan (musyrik) dan baginya kekekalan di neraka jahannam. Allah Ta'ala berfirman:

"Sesungguhnya orang-orang yang mempersekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan surga atasnya, dan tempatnya adalah di neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun". (Al Ma'idah: 72)

Ke-empat, perbuatan syirik ini menjadi sebab gugurnya segenap amalan shalih yang pernah dilakukan. Allah Ta'ala berfirman:

"Seandainya mereka memepersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan". (Al An'am: 88)

Allah Ta'ala juga berfirman:

"Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu (hai Muhammad) dan kepada (nabi-nabi) sebelummu, jika kamu mempersekutukan (Allah) niscaya akan gugurlah amalanmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi". (Az Zumar: 65)

Kelima, bahwa orang-orang yang berbuat syirik (musyrikin) halal darahnya untuk ditumpahkan dan halal hartanya untuk dirampas. Allah Ta'ala berfirman:

"Maka bunuhlah kaum musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka dan tangkaplah mereka, kepunglah mereka dan intailah mereka ditempat pengintaian". (At Tawbah: 5)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa 'ala aalihi wasallam bersabda:

"Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka menyatakan Laa ilaaha illallah (tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah), maka apabila mereka telah menyatakannya; sungguh telah terjaga darah-darah mereka dan harta-harta mereka kecuali dengan haknya (yakni hak syahadat tersebut, -red)". (HR. Bukhari & Muslim)

Ke-enam, bahwa syirik merupakan dosa besar yang paling besar, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa 'ala aalihi wasallam bersabda:

"Maukah aku beritakan kepada kalian tentang dosa besar yang paling besar?” (jawab para shahabat): “Tentu yaa Rasulallah”, kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa 'ala aalihi wasallam menerangkan: “Yaitu berbuat syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua". (HR. Bukhari & Muslim)

Al 'Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Al Jawaabul Kaafi hal.109 beliau menyatakan: bahwa Allah Ta'ala telah mengabarkan kepada kita tentang tujuan penciptaan dan perintah; yaitu untuk mengenal nama-namaNya yang Maha Agung dan sifat-sifatNya yang Maha Mulia dan perintah hanya beribadah kepadaNya semata serta berlepas diri dari kesyirikan. Dengan demikian manusia dapat menegakkan keadilan yakni keadilan yang tegak dilangit dan dibumi. Sebagaimana firman Allah Ta'ala:

"Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan), supaya manusia dapat menegakkan keadilan". (Al Hadiid: 25)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengabarkan bahwa Dia mengutus para RasulNya dan menurunkan kitabNya; agar manusia mau menegakkan keadilan yaitu At Tauhid menjadikan Allah sebagai satu-satunya pihak yang berhak disembah dalam segala peribadatan dan yang demikian ini merupakan puncak keadilan. Adapun kesyirikan sebagai puncak kedzaliman. Allah Ta'ala berfirman:

"Sesungguhnya perbuatan syirik itu merupakan kedzaliman yang besar". (Luqman: 13)

Ayat ini menunjukkan bahwa syirik merupakan puncak kedzaliman dan tauhid merupakan puncak keadilan. Dan perbuatan syirik merupakan dosa besar yang paling besar; karenanya Allah mengharamkan surga atas kaum musyrikin, kemudian menghalalkan darah dan harta mereka untuk ditumpahkan dan dirampas, serta menjadikan keluarga mereka sebagai hamba sahaya (budak) bagi orang-orang yang bertauhid. Dengan sebab itulah Allah Subhanahu Wa Ta'ala enggan menerima amalan orang-orang yang hidupnya penuh dengan kesyirikan, Allah enggan memberikan syafa'at kepada mereka, enggan mengabulkan doa-doa mereka diakhirat kelak dan enggan untuk menerima harapan mereka. Karena sesungguhnya mereka ini adalah sebodoh-bodoh manusia yang paling bodoh tentang Allah; yaitu ketika mereka mencoba untuk menjadikan makhluk-makhlukNya sebagai sekutu dan tandingan-tandingan selainNya. Walhasil ini merupakan tindakan yang sangat dungu dan dzalim, yakni kedunguan dan kedzaliman atas diri-diri mereka sendiri kaum musyrikin.

Dan yang terakhir, bahwa kesyirikan sebagai bentuk kekurangan dan keaiban, dimana Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah mensucikan diriNya dari kedua hal tersebut. Dengan demikian barangsiapa berbuat kesyirikan, sungguh dia telah menganggap bahwa Allah tidak mensucikan diriNya dari segala kekurangan dan keaiban. Anggapan yang demikian ini merupakan penyimpangan yang dahsyat dan bentuk pembangkangan terhadap apa yang telah Allah tetapkan. (bersambung, Insya Allah klasifikasi syirik).

Kitabut Tauhid Hal. 9-10
Syaikh Shalih Bin Fawzan Al Fawzan Hafidzohullah

0 komentar:

Posting Komentar