Kalau kita lihat realita yang ada di negeri kita, mayoritas kaum muslimin telah digerogoti oleh penyakit syirik tanpa mereka sadari. Aqidah mereka sedikit demi sedikit terkikis dengan perbuatan-perbuatan syirik yang mereka lakukan. Di antara mereka ada yang berdoa di makam-makam, meminta kepada wali-wali yang telah meninggal, minta kepada dukun-dukun, mempercayai barang-barang mistik, keris pusaka, pedang pusaka, susuk konde, dan berbagai keyakinan-keyakinan syirik lainnya.
Pada kenyataan lain, terdapat sejumlah orang yang pada awalnya muslim. Tetapi karena keimanan yang tipis dan penderitaan duniawi (kemiskinan) yang dialaminya, mengakibatkan mereka dengan mudahnya menjual aqidah mereka dengan sebungkus indomie dan selembar kain.
Dari kenyataan tersebut mestinya kita senantiasa mengkhawatirkan diri dan keluarga kita. Apakah kita sanggup untuk tetap istiqamah di atas Islam dan di atas aqidah yang murni hingga maut menjemput kita? Ataukah -- na'udzubillah -- kita termasuk orang-orang yang merugi di dunia maupun di akhirat? Allah abadikan dalam Al-Qur'an kisah bapak para Nabi, yakni Ibrahim alaihis sallam.
Beliau mengkhawatirkan dirinya dan anak keturunannya dari peribadatan kepada selain Allah atau perbuatan syirik :
"Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata : 'Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah) negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak, cucuku dari menyembah berhala-berhala. Ya Rabb-ku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan manusia. Maka barang siapa mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku dan barang siapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Ibrahim : 35-36)
Syaikh Abdur Rahman bin Hasan menyatakan setelah menyebutkan ayat tersebut : "Apabila manusia telah mengetahui bahwa kebanyakan manusia terjerumus dalam syirik akbar dan tersesat karena menyembah berhala, tentunya hal itu menyebabkan dia takut jangan sampai terjerumus seperti halnya kebanyakan manusia dalam kesyirikan yang tidak diampuni oleh Allah."
Ibrahim At-Taimi berkata : "Siapakah yang merasa aman dari bala' (terjerumus dalam kesyirikan) setelah Ibrahim? Tiada yang merasa aman dari terjerumus dalam kesyirikan kecuali orang yang tidak mengerti makna syirik dan tidak mengetahui perkara-perkara yang dapat membebaskan dia dari kesyirikan, yakni mengenal Allah dan perintah Allah terhadap Rasul-Nya berupa kewajiban untuk bertauhid dan larangan berbuat syirik." (Fathul Majid hal. 93)
Oleh karena itu Ibrahim alaihis sallam mendapatkan pujian dari Allah karena keitiqamahan beliau di atas agama tauhid, meskipun dia hidup di tengah-tengah manusia yang ketika itu semuanya kafir atau musyrik. Allah berfirman :
"Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang Imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali dia bukan termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. Dia mensyukuri nikmat-nikmat Allah ..." (An-Nahl : 120-121)
Demikian halnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengkhawatirkan ummatnya jangan sampai terjerumus dalam perbuatan syirik hingga syirik yang paling kecil sekalipun, yaitu riya' :
"Dari Mahmud bin Labid radliyallhu 'anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : 'Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirkul ashghar (syirik kecil).' Para shahabat bertanya : 'Apakah syirkul ashghar itu, wahai Rasulullah?' Beliau menjawab : 'Riya''. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman pada hari kiamat ketika membalas amal-amal manusia : 'Pergilah kepada orang-orang yang kalian berbuat riya' kepada mereka ketika di dunia! Lihatlah! Apakah kalian mendapatkan balasan di sisi mereka?'". (HR. Ahmad dan At-Thabrani, dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah no. 591 dan Shahih Al-Jami' no. 1551. Lihat Fathul Majid hal. 94)
Bahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Syirik itu lebih tersembunyi dari langkah semut." Abu Bakar bertanya : 'Wahai Rasulullah, bukankah syirik itu tidak lain beribadah kepada selain Allah atau mempersekutukan Allah ketika berdoa?' Rasulullah berkata : 'Apakah ibumu telah kehilangan engkau (yakni kalimat hardikan)? Syirik itu bagi kalian lebih tersembunyi daripada langkah semut." (HR. Bukhari no. 4293)
Begitu khawatirnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap para shahabatnya. Padahal mereka radliyallahu 'anhuma adalah orang-orang terbaik dari umat beliau. Tentunya hal itu menjadi pelajaran berharga bagi kita untuk lebih mawas diri dari segala bentuk kesyirikan. Jangan menganggap remeh perkara syirik. Meskipun syirik kecil diperselisihkan oleh para ulama apakah termasuk dosa yang diampuni Allah atau tidak, yang jelas kita wajib berhati-hati dari kesyirikan secara mutlak dan mengingat firman Allah :
"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi yang dikehendaki-Nya ..." (An-Nisaa' : 48, 116).
Juga sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Barangsiapa menjumpai Allah dalam keadaan tidak mempersekutukan Allah sedikitpun, dia akan masuk syurga. Dan barangsiapa menjumpai-Nya dalam keadaan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu dia akan masuk neraka." (HR. Muslim no. 152 dari Jabir radliyallahu 'anhu).
Wallahu Ta'ala A'lam.
Sumber : Majalah Salafy edisi 18 halaman 48-49.
0 komentar:
Posting Komentar