REKENING DONASI MOSSDEF SYSTEM : BANK MU'AMALAT CABANG YOGYAKARTA NOMOR 0117546129 A/N NUGROHO AGUNG WIBOWO atau BANK BRI SYARIAH KCP JOGJA A DAHLAN A/N NUGROHO AGUNG WIBOWO NOREK. 1002252771.

Senin, 16 November 2009

Hakikat Dunia dan Kenikmatannya

Posted by Nugroho Agung Wibowo On 17.37 0 komentar


Allah Ta'ala dalam banyak ayat dari kitab-Nya yang mulia menyebutkan permisalan tentang dunia, yang semuanya menunjukkan bahwa dunia itu sangat rendah nilainya, kehidupan dan kesenangan yang fana sifatnya. Dia Yang Maha Suci berfirman :
"Ketahuilah oleh kalian, bahwasannya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan, saling bermegahan di antara kalian dan saling memperbanyak harta dan harta. Permisalannya seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani. Kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya menguning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat kelak ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kesenangan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (Al-Hadid : 20)

Dalam ayat lain, Dia berfirman :
"Dan berikanlah kepada mereka permisalan tentang kehidupan dunia yaitu seperti air yang Kami turunkan dari langit. Maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi. Kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (Al-Kahfi : 45)

"Wahai sekalian manusia, sesungguhnya janji Allah itu benar. Maka janganlah kehidupan dunia ini menipu kalian dan jangan sampai setan menipu kalian dari Allah." (Fathir : 5)

Jabir radliyallahu 'anhu mengabarkan bahwasannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lewat di sebuah pasar sedangkan manusia mengelilingi beliau. Lalu beliau melewati bangkai anak kambing yang cacat telinganya. Maka beliau mengambilnya lalu memegang telinganya, kemudian beliau bersabda : "Siapa di antara kalian yang suka memiliki anak kambing ini dengan harga satu dirham?" Para shahabat menjawab : "Kami tidak suka anak kambing itu menjadi milik kami walau dengan harga sedikit dan apa yang dapat kami perbuat dengan bangkai itu?" Kemudian beliau berkata lagi : "Apakah kalian suka anak kambing ini menjadi milik kalian?" Mereka menjawab : "Demi Allah, seandainya pun anak kambing itu hidup maka dia cacat telinganya, lalu apakah lagi dia dalam keadaan mati!" Beliau bersabda :
"Demi Allah, sungguh dunia ini lebih rendah dan hina bagi Allah daripada bangkai anak kambing ini bagi kalian." (HR. Muslim no. 2957)

Dunia adalah negeri yang fana bukan negeri yang kekal. Dunia hanyalah kendaraan untuk lewat, sekedar tempat peristirahatan sejenak untuk kemudian ditinggalkan. Semua yang ada di dunia akan hancur dan semua yang hidup di atasnya akan mati, tidak ada satu makhluk pun yang kekal. Bukankah Allah berfirman :
"Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati ..." (Ali Imran : 185)

Harta yang dikumpulkan dengan membanting tulang siang malam dan dengan memeras keringat tidak akan mengekalkan pemiliknya dan tidak akan bermanfaat sedikitpun untuk menolong pemiliknya ketika malaikat maut datang menjemput.

Bila demikian hakikat dunia dan kesenangannya, dan bila disadari hidup akan menuju kepada titik kematian, lalu apakah pantas seorang hamba Allah menjadikan dirinya sebagai budak dunia?

Bukankah Allah Ta'ala telah melarang dari 'ubudiyyah (penghambaan) kepada selain-Nya? Bukankah syariat Islam yang mulia ini telah memberikan batasan garis-garis keharaman yang tidak boleh dilampaui oleh seorang hamba?

Ingatlah penghambaan hanya kepada Allah mewariskan rasa ridha dan qanaah (merasa cukup), berbeda dengan penghambaan kepada selain Allah seperti penghambaan kepada harta ini karena ia hanya melahirkan sifat bakhil, kikir, tamak/rakus, dan pada ujungnya celaka dan binasa.

Berkata seorang penyair :

Di mana penduduk negeri-negeri
dari kaum Nuh?
kemudian dimana kaum 'Ad dan
kaum Tsamud setelahnya?
Tatkala sedang bersenang-senang
di atas bantal-bantal dan sutera
tiba-tiba mereka diantarkan ke
dalam tanah
Berapa banyak orang sehat
menjenguk orang yang sakit
Ternyata orang yang sehat itu lebih
dekat kepada kematian daripada
orang yang dijenguknya.

Penduduk bangsa ini (baca kaum Muslimin) harus dibangunkan dari tidurnya yang panjang. Penduduk bangsa ini harus disadarkan dari keterlenaan dengan kehidupan dunia dan tanafusnya (saling berlomba-lomba mendapatkan dunia). Dan seharusnya para pemimpin dan petinggi negeri memberi teladan yang baik kepada rakyatnya dan memberi nasehat kepada mereka. Sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menasehatkan :
"Sesungguhnya dunia ini manis hijau dan sungguh Allah Ta'ala menjadikan kalian sebagai khalifah di dalamnya, lalu Dia akan melihat bagaimana kalian beramal maka hati-hatilah kalian dari dunia ..." (HR. Muslim no. 2742)

Lihatlah kesahajaan kehidupan Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam sebagai seorang pemimpin anak Adam. Ketika Umar radliyallahu 'anhu mengunjunginya beliau di rumahnya, Umar mendapatkan beliau sedang berbaring di atas tikar yang tipis tanpa kasur, hingga tampak bekas-bekas kerikil pada punggung beliau yang mulia. Beliau bertelekan pada bantal kulit yang diisi dengan sabut. (Sebagaimana disinggung dalam hadits riwayat Bukhari no. 5191 dan Muslim no. 1111)

Adakah pemimpin pada hari ini yang seperti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabatnya atau malah para pemimpin pada hari ini memanfaatkan jabatannya untuk mengumpulkan dan menumpuk harta, menjadi budak jabatan dan harta!

Semua ini tidak berarti kita tidak boleh menggunakan perlengkapan dunia dan kenikmatannya, namun yang dicela adalah sikap berlebih-lebihan dan menjadi lalai dengan kehidupan akhirat. Kita tidak mengharamkan perhiasan karena Allah sendiri berfirman :
"Katakanlah (ya Muhammad) : Siapakah yang megharamkan perhiasan dari Allah yang Dia keluarkan untuk hamba-hamba-Nya dan juga mengharamkan yang baik-baik dari rezeki yang diberikan-Nya. Katakanlah : Perhiasan itu untuk orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan khusus untuk mereka pada hari kiamat." (Al-A'raf : 32)

Dan Allah juga berfirman :
"Dan carilah apa yang Allah sediakan bagimu di negeri akhirat namun jangan engkau lupakan bagianmu dari dunia." (Al-Qashshash : 77)

Yang tercela bukan orang yang menggunakan harta dunia yang sewajarnya namun yang tercela bila seseorang telah menjadi hamba harta. Tentunya hamba yang berakal enggan untuk menjadi budak dari selain Allah.

Alangkah bagusnya ucapan seorang penyair yang berkata :

Sesungguhnya Allah memiliki
hamba-hamba yang cerdas
Mereka menceraikan dunia dan
takut akan fitnahnya
Mereka memperhatikan dunia
maka tatkala mereka mengetahui
bahwasannya dunia itu bukanlah
tempat tinggal untuk orang yang
hidup
Mereka jadikan dunia itu sebagai
samudra
dan mereka mengambil amal shalih
selama di dunia sebagai bahtera.

Agama kita yang haq ini adalah agama yang paling menentang segala jenis penjajahan dan penghambaan, dan penghambaan itu hanya diperintahkan kepada Allah semata. Dari sini sadarlah kita akan pentingnya belajar tauhid agar kita tidak menempatkan diri kita sebagai budak dari selain Allah Ta'ala dan terjajah dari segala jenis penjajahan.

Wallahu a'lamu bish-shawwab.


Sumber : Majalah Salafy edisi 38 halaman 36-37.

0 komentar:

Posting Komentar