Setelah berhasil "menyudahi" komunis dalam perang ideologi di dunia, Barat mulai melihat Islam sebagai lawan yang cukup berbahaya bagi kalangsungan hidup ideologinya. Mereka sadar bahwa dasar-dasar ideologi Barat yang penuh dengan muatan materialis dan pemikiran Yahudi, yang acap kali dibungkus dalam bentuk agama Kristen, sangat bertentangan dan tidak bisa hidup berdampingan dengan Islam. Mereka juga cemas agama yang haq di sisi Allah ini dari masa ke masa terus bertambah pemeluknya sehingga kalau dihitung dari jumlah pemeluknya Islam menjadi agama terbesar di dunia.
Kecemasan pihak Barat terhadap Islam tidaklah berlebihan. Jauh sebelum populernya ideologi komunis sebagai lawan ideologi Barat, bentrok peradaban Islam dengan Barat sudah terjadi secara fisik, yaitu di masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Pada masa tersebut, pihak Romawi - dengan kebudayaannya yang bersumber dari kebudayaan Yunani dan akhirnya menjelma menjadi dasar dari peradaban Barat - terlibat kontak senjata dengan pihak Islam. Bentrok ini terjadi pula pada masa pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq, sesaat satelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam wafat, yaitu ketika khalifah terpilih Abu Bakar melanjutkan perintah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengirim pasukan Usamah bin Zaid bin Haritsah ke perbatasan Damaskus. Bentrok peradaban yang direalisasikan dalam bentuk pertempuran fisik ini terus berlanjut dari zaman ke zaman yang puncaknya adalah perang salib, hingga sekarangpun perang tersebut belum berakhir, bahkan sudah jauh berkembang medan pertempurannya, seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi. Perang sudah tidak saja dengan senjata tetapi juga dengan pembentukan pola pikir dan opini.
Di dalam perang pemikiran dan opini saat ini kaum salibis dengan kebudayaan Baratnya menggunakan berbagai macam cara untuk menghancurkan Islam, atau setidak-tidaknya membuat orang apriori terhadap Islam. Pada masa sebelum hancurnya gedung WTC di New York oleh serangan teroris, mereka menggunakan cara yang halus untuk memerangi Islam dan negara yang berpenduduk Muslim. Mereka menuduh dan menggambarkan kaum Muslimin dan negara yang berpenduduk mayoritas Muslim dengan isu pelanggaran HAM, diskriminatif, sektarian, terkekang, terbelakang, kurang beradab, jorok dan berbagai isu lainnya, sehingga diharapkan dunia apriori terhadap Islam dan pemeluknya.
Runtuhnya gedung WTC dijadikan legitimasi bagi kaum salibis untuk terang-terangan melakukan permusuhan dengan Islam dan kaum Muslimin. Tidak saja mereka mencap Islam dan kaum Muslimin sebagai teroris, mereka juga memaksa negara dan umat lain untuk bermusuhan dengan Islam sebagai bagian apa yang mereka katakan "Perang Terorisme Global".
Kesan bahwa kaum Muslimin adalah teroris pun terus ditumbuh-kembangkan dan diopinikan sedemikian rupa oleh berbagai media yang dikuasai oleh mereka, atau oleh media-media yang tertarik dengan pemikiran-pemikiran mereka dan menjadikan Yahudi dan Nashrani sebagai narasumber. Digambarkan oleh mereka bahwa seakan-akan Islam identik dengan terorisme dan memerangi terorisme berarti memerangi kaum Muslimin dan menghancurkan negara-negara Islam. Di saat yang sama usaha menghancurkan Islam ini mereka imbangi dengan cara menggandeng tangan sebagian kaum Muslimin yang memang cenderung dengan pemikiran Barat dan Yahudi dan mengatakan : "Kami tidak memusuhi Islam, kami hanya memerangi terorisme."
Kalau pihak Barat mau jujur seharusnya memerangi terorisme itu dimulai dari tubuh-tubuh mereka sendiri. Di Amerika sendiri masih bergentayangan kelompok teroris anti rasis Ku Kux Klan. Di Inggris, gerombolan IRA pun masih terus meneror rakyat Inggris dan Irlandia. Demikian pula kelompok-kelompok teroris lain seperti di Perancis kelompok Armata Corsa, di Spanyol kelompok ETA, di Jerman kelompok Red Army Faction dan di negara-negara pendukung "perang terorisme global" lainnya. Kenapa mereka tidak membersihkan terlebih dahulu "kotoran" di dalam tubuh mereka?
Kalau mereka mau menengok kembali catatan sejarah yang mereka buat sendiri, maka tampak bahwa pemrakarsa sekaligus pelaku ide terorisme itu bukanlah Islam dan kaum Muslimin. Di dalam Encarta Encyclopedia 2001 pada topik terorism disebutkan bahwa aksi terorisme pertama kali dilakukan oleh bangsa Yahudi pada abad 1 Masehi, yaitu ketika sebuah sekte Yahudi yang bernama Zealots melakukan aksi teror dalam perjuangannya melawan pendudukan Roma di wilayah Palestina. Demikian juga pada abad-abad berikutnya aksi-aksi terorisme terus berlanjut di negara-negara Eropa mulai dari Italia, Spanyol, Perancis dan hingga awal abad ke 20 di Rusia, yaitu ketika kaum pergerakan revolusioner Rusia melakukan aksi-aksinya untuk melawan pemerintahan kekaisaran Rusia dan para pendukungnya. Dari keterangan tersebut kita dapat melihat dengan jelas dari mana penggunaan cara terorisme itu berasal. Apakah mereka kaum Muslimin ?! Apakah mereka bangsa Arab ?
Kalaupun praktek terorisme itu saat ini juga dilakukan oleh beberapa kalangan Muslimin, maka itu hanyalah sempalan kecil dari gelombang kaum Muslimin yang besar. Itu pun terjadi setelah abad 20 yaitu setelah Inggris menyerahkan wilayah Palestina kepada bangsa Yahudi usia perang Dunia II.
Kemudian apakah perjuangan- perjuangan pembebasan suatu bangsa dari penjajahan bangsa asing seperti para pejuang Palestina dan para pejuang Afganistan atau perlawanan kaum tertindas seperti perlawanan kaum Muslimin di Bosnis dan Chechnya atau serangan balik yang dilakukan oleh kaum Muslimin yang terdhalimi di Ambon dan Poso, atau daerah lain di dunia bisa dikatakan teroris ?
Sumber : Majalah Salafy Edisi 41 hal. 12-13.
0 komentar:
Posting Komentar