Adanya terorisme itu, manakala muncul manusia-manusia yang berupaya untuk menegakkan syiar-syiar Allah Subhanahu wa Ta'ala dan kalimat-Nya di muka bumi ini. Dan hal ini akan berlanjut sampai hari kiamat selama masih ada kehidupan di alam dunia ini, sebagai sunatullah yang tidak akan bisa dirubah.
Komitmen yang dimiliki oleh orang-orang kafir dan para pelaku kemaksiatan ialah, selama masih ada orang-orang yang berkonsisten dengan ajaran Islam, yang menurut bahasa mereka "Para Fundamentalis", misi atau syiar-syiar yang selalu mereka canangkan (seperti perusakan moral dengan cara memasok biaya besar-besaran ke berbagai wilayah, untuk mewujutkan sarana-sarana yang mendukung perzinaan, perjudian dan minuman keras serta tempat-tempat ibadah mereka) akan terhambat. Mereka bertambah resah jika berbagai macam teror yang telah mereka gencarkan kepada siapapun yang menghalangi misi mereka tidak berhasil. Bahkan mereka berbalik menuduh dakwah Islamiyyah yang berjalan di atas manhaj Nubuwwah (jalannya para nabi) dianggap sebagai ajaran yang menyesatkan, ajaran yang baru, yang tidak dikenal oleh nenek moyang mereka, aneh dan membikin resah umat.
Ini semua merupakan teror bagi kaum Muslimin agar cahaya dakwah Islamiyyah menjadi padam sehingga mereka bisa bebas dan leluasa bergerak di mana pun dan kapan pun. Akan tetapi dengan ijin Allah Subhanahu wa Ta'ala teror ini justru memperkokoh, memperkuat dan semakin menyebarkan dakwah Islamiyyah. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
"Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan mulut (ucapan) mereka, dan Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya atas segala agama walaupun orang-orang kafir tidak menyukai." (At-Taubah : 32)
Lihatlah ! Bagaimana Fir'aun dan para pembesar yang menjadi pendukungnya merasa resah di saat Musa 'alaihis sallam berdakwah di tengah-tengah kaumnya, sampai-sampai sekian banyak tukang sihir yang sebelumnya menjadi pengikut Fir'aun, akhirnya tunduk dan mengikuti agama yang dibawa oleh Musa 'alaihis sallam.
Demikian pula keadaan yang sedang menimpa pada diri orang-orang kafir di zaman kita. Keresahan dan ketakutan yang dahsyat selalu meliputi mereka. Hal ini juga disebabkan adanya manusia-manusia dari hamba Allah Subhanahu wa Ta'ala yang berupaya untuk menghidupkan cahaya Allah Subhanahu wa Ta'ala di muka bumi ini.
Oleh sebab itu bagi orang-orang yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya dan meyakini pula Islam sebagai satu-satunya agama yang haq, mereka tidak akan merasa gentar dan takut terhadap berbagai macam teror yang selalu dihadapkan kepadanya. Karena mereka yakin bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala akan melindungi dan menolongnya sebagaimana yang Allah Subhanahu wa Ta'ala firmankan :
"Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-nakuti kalian dengan kawan-kawannya. Karena itu janganlah kalian takut kepada mereka akan tetapi takutlah kepada-Ku jika kalian benar-benar orang yang beriman." (Ali-Imran : 175)
Dan untuk menghentikan kecongkakan, kesombongan dan keganasan manusia yang ingin membuat kerusakan di muka bumi, harus ditegakkan amar ma'ruf nahi munkar, bahkan di suatu ketika harus ditegakkan pula jihad fi sabilillah. Allah berfirman :
"Seandainya Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebahagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini." (Al-Baqarah : 251)
Asy-Syaikh Abdur Rahman As-Sa'di rahimahullah menjelaskan dalam tafsirnya halaman 109 : "Seandainya Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak menolak keganasan makar (tipu daya) dari orang-orang pelaku kemaksiatan dan permusuhan dari orang-orang kafir dengan orang-orang yang mau berjihad fi sabilillah, pasti rusaklah bumi ini. Dikarenakan merekalah yang kelak akan menjadi penguasa, sehingga berdirilah syiar-syiar (tempat-tempat peribadatan) mereka, yang menyebabkan terhalanginya kaum muslimin dari peribadatan dan menampakkan agamanya."
Satu sisi yang perlu diketahui dan ini merupakan hal yang sangat penting ialah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang berupaya pada setiap langkah dakwahnya meniti jalan yang ditempuh oleh Rasulullah dan para shahabatnya, mempunyai kode etik dan kaidah-kaidah yang mulia dan indah dalam dakwahnya. Lebih-lebih dalam menegakkan amar ma'ruf nahi munkar sangat jauh berbeda dengan firqah-firqah Islam yang ada. Namun ironisnya kaum kuffar memandang dengan sebelah mata dakwah ini tatkala muncul kelompok-kelompok reaksioner yang menyimpang dari sunnah yaitu dari kalangan ahlul bid'ah seperti khawarij. Kalangan reaksioner ini menuntut ditegakkannya hukum Islam dan jihad fi sabilillah untuk memerangi para pemimpin negara yang telah mereka anggap kafir. Kelompok sempalan ini melandasi dirinya dengan kaidah yang sesat bahwa kaum Muslimin yang melakukan kemaksiatan dikategorikan sebagai seorang yang kafir dan halal darahnya. Di saat telah muncul perintah jihad yang sebenarnya bagi kaum Muslimin untuk memerangi kaum kuffar yang pantas di perangi, di saat itu pula muncullah persepsi sekaligus tuduhan secara mutlak bahwa setiap yang menuntut ditegakkannya Syariat Islam dan jihad fi sabilillah dikatakan sebagai teroris, melanggar HAM atau pengacau keamanan.
Betulkah perintah untuk menegakkan kalimat Allah Subhanahu wa Ta'ala, syiar-syiar-Nya, syariat-syariat-Nya dan adanya jihad fi sabilillah yang sesuai dengan kaidah-kaidah dan bimbingan para ulama dikatakan sebagai terorisme? Jika benar, betulkah para nabi dan pengikutnya serta Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabatnya serta pengikutnya yang setia sampai hari ini dikatakan sebagai kaum teroris dan pencetus terorisme.
Tidak ada jawaban lain kecuali ini bukan teroris dan mereka bukan kaum teroris dan bukan pencetus terorisme. Islam bukan teroris dan terorisme bukan ajaran Islam. Wallahu a'lamu bish-shawwab.
Sumber : Majalah Salafy Edisi 41 hal. 45-46.
0 komentar:
Posting Komentar