Lafadh Jihad digunakan dalam Al-Qur'an dan Al-Hadits untuk beberapa makna. Dalam Surat Al-Furqan 52. Allah Ta'ala berfirman :
"Maka janganlah kamu mentaati orang-orang kafir dan berjihadlah terhadap mereka dengan jihad yang besar." (Al-Furqan : 52)
Ibnul Qayyim rahimahullah menerangkan tentang ayat ini dalam Zadul Ma'ad juz 3 halaman 5 (penerbit Mu'assatur Risalah cetakan ke-25 tahun 1412 H / 1991 M) sebagai berikut : "Ayat ini terdapat di surat Makiyyah (surat yang turun sebelum hijrah ke Madinah). Allah perintahkan di Mekkah untuk berjihad terhadap orang-orang kafir dengan cara menyampaikan argumentasi, keterangan bukti kebenaran, dan menyampaikan Al-Qur'an." Demikian keterangan Ibnul Qayyim.
Dengan demikian dakwah menyeru manusia untuk beriman kepada agama ini dengan menerangkan secara ilmiyah bukti-bukti kebenaran, adalah termasuk dalam pengertian jihad fi sabilillah.
Dalam surat At-Taubah 73 Allah Ta'ala berfirman :
"Wahai Nabi, hadapillah orang-orang kafir dan munafiqin dengan jihad dan bersikap keraslah kamu terhadap mereka, dan tempat kembali mereka adalah neraka jahanam, sebagai sejelek-jelek tempat kembali." (At-Taubah : 73)
Ibnul Qayyim menerangkan :
"Demikian pula jihad menghadapi orang-orang munafik, yaitu hanya dengan menyampaikan dalil (argumentasi kebenaran) dan menerangkannya."
Selanjutnya beliau menerangkan :
"Maka jihad menghadapi orang-orang munafik lebih sulit daripada jihad menghadapi orang-orang kafir. Dan jihad menghadapi orang munafik adalah jihadnya orang-orang yang paling istimewa di ummat ini taitu para ulama pewaris ilmu dan perjuangan para Rasul. Dan orang yang melakukannya hanya beberapa orang saja di dunia ini, sedikit pula orang yang ikut serta padanya, dan sedikit pula yang membantunya. Akan tetapi walaupun mereka hanya sedikit jumlahnya, tetapi mereka adalah orang-orang besar di sisi Allah Ta'ala."
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Seutama-utama jihad ialah menyampaikan nasehat yang benar di hadapan penguasa yang dhalim." (HR. Ibnu Majah)
Hadits ini pula menegaskan bahwa mendatangi penguasa yang dhalim dan menyampaikan nasehat yang benar langsung di hadapannya adalah seutama-utama jihad. Juga Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Orang yang berjihad itu ialah orang yang memaksa nafsunya dalam rangka taat kepada Allah dan orang-orang yang hijrah ialah orang menjauhi apa-apa yang dilarang oleh Allah."
Abnul Qayyim menerangkan : "Dengan hadits ini jelaslah bahwa jihadun nafs (yakni jihad menghadapi nafsu) lebih didahulukan daripada jihad dalam pengertian memerangi musuh yang ada di luar kita. Dan jihadun nafs merupakan pokok daripada jihad. Karena bila seseorang tidak berjihad melawan hawa nafsunya agar mau tunduk menjalankan apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang, dan tidak memerangi hawa nafsunya uantuk tunduk mencintai Allah, maka tidak mungkin orang yang demikian untuk memerangi musuhnya yang ada di luar dirinya."
Dengan dasar pemahaman yang demikian inilah Ibnul Qayyim membagi jihad dalam tiga belas tingkatan yaitu :
1. Jihadun nafs terdiri dari empat tingkatan :
a. Jihad dengan berupaya membekali diri dengan ilmu-ilmu agama sehingga dia mencintainya dan memahaminya dengan benar.
b. Jihad dengan berupaya mengamalkan ilmu tersebut dalam kehidupan di dunia ini.
c. Jihad dengan berupaya menyampaikannya dalam bentuk dakwah mengajak dan mengajar manusia dengan ilmu tersebut.
d. Jihad dengan berupaya untuk tetap bersabar menghadapi segala resiko dan gangguan dalam menjalankan misi dakwahnya.
2. Jihadus Syaithan yaitu jihad melawan godaan setan dengan dua tingkatan :
a. Jihad melawan godaan setan dalam bentuk berbagai kebimbangan terhadap agama dan berbagai kekaburan tentangnya.
b. Jihad melawan godaan setan dalam bentuk syahwat dan berbagai keinginan jelek.
Bila seseorang telah berhasil menjalankan kedua jihad ini, dia akan memperoleh keyakinan yang kuat dan kesabaran.
3. Jihadul Kauffar wal Munafiqin, yaitu jihad melawan orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Padanya ada empat tingkatan :
a. Jihad dengan hati.
b. Jihad dengan lisan.
c. Jihad dengan harta.
d. Jihad dengan jiwa raga.
Yaitu mengorbankan harta dan jiwanya dalam berperang melawan orang kafir. Dan menggunakan lisan dan hati yang kuat untuk menghadapi tipu daya orang-orang munafik.
4. Jihad arbabidl dlulm wal bida' wal munkarat yaitu jihad menghadapi orang-orang dhalim, ahli bid'ah dan ahli maksiat. Dengan tiga tingkatan :
a. Dengan tangan (kekuatan) bila mampu.
b. Dengan lisan (nasehat) bila tidak mampu dengan tangan.
c. Dengan hati (yakni membenci kedhaliman, kebid'ahan serta kemungkaran itu) bila tidak mampu juga dengan lisan.
Maka dengan demikian lengkaplah tiga belas tingkatan jihad fi sabilillah, sekaligus menunjukkan betapa sempurnanya pengertian jihad itu sendiri. Barangsiapa telah dengan lengkap menjalankan tiga belas tingkatan ini, sungguh dia telah sampai pada tingkatan mujahidin (orang-orang yang berjihad) dan muhajir (orang-orang yang berhijrah). Dan mereka inilah yang dinyatakan oleh Allah Ta'ala dalam firman-Nya :
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan orang-orang yang hijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah dan Allah maha pengasih dan penyayang." (Al-Baqarah : 218)
Ibnul Qayyim menerangkan : "Dan tidak akan sempurna jihad kecuali dengan hijrah dan tidak akan terlaksanan hijrah dan jihad kecuali dengan adanya iman. Dan orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah ialah orang yang telah berhasil menjalankan ketiga-tiganya (yakni iman, hijrah dan jihad)."
Dengan sebab agungnya misi jihad fi sabilillah ini dan betapa beratnya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menggambarkan betapa tingginya jihad itu, sebagaimana sabda beliau :
"Jihad itu adalah puncak tertinggi daripada Islam."
Juga para salafus shalih mendefinisikan jihad demikian rupa sehingga memang yang bisa istiqamah di jalan jihad fi sabilillah ini hanya sedikit.
Ibnu Abbas radliyallahu 'anhu mendefinisikan jihad ialah : "Menumpahkan segala kemampuan padanya, dan tidak takut cercaan si pencerca dalam menjalankan tugas Allah."
Muqatil menegaskan : "Jihad itu ialah engkau beramal karena Allah dengan sebenar-benar amalan dan beribadah kepada-Nya dengan sebenar-benar ibadah."
Abdullah bin Mubarak menyatakan : "Jihad ialah memerangi hawa dan nafsu."
Maka bila disimpulkan berbagai definisi tersebut menunjukkan bahwa jihad fi sabilillah itu adalah keikhlasan yang murni semata-mata karena Allah dalam menjalankan ketaatan kepada-Nya terus menerus dalam menjalankannya istiqamah di jalan Allah sepanjang hidup. Sabar dalam menghadapi berbagai celaan dan cercaan atau gertakan dan hardikan sehingga tidak terpengaruh olehnya dan sabar pula dalam menghadapi rayuan model apapun. Inilah kehidupan umat pejuang, umat yang menjadikan perjalanan hidupnya kesungguh-sungguhan. Sehingga Allah mengangkat derajat mereka pada tingkatan yang setinggi-tingginya.
"Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman dari kalian dan orang-orang yang diberi ilmu dengan beberapa derajat." (Al-Mujadalah : 11)
Walaupun jumlah mereka hanya sedikit, tetapi Allah berkahi mereka dan pertolongan-Nya ada pada mereka :
"Berapa banyak kelompok yang sedikit mengalahkan kelompok yang banyak dengan ijin Allah." (Al-Baqarah : 249)
Wallahu a'lamu bish-shawwab.
Dikutip dari Majalah Salafy Edisi 34.
0 komentar:
Posting Komentar