"Menyambut millenium baru", adalah ungkapan yang dulunya sering dipublikasikan lewat berbagai media untuk menyambut tahun 2000. Dan ungkapan itu juga mengandung ajakan kepada masyarakat, kita untuk mempersiapkan diri menyambut tahun yang akan gemerlap dengan kecanggihan teknologi dan ilmu-ilmu duniawi, agar mereka tidak ketinggalan untuk mengikuti arus modernisasi dari masa ke masa.
Demikian gencarnya ajakan tersebut padahal tujuannya hanya dititikberatkan pada urusan dunia, urusan perut, syahwat dan kefanaan belaka, tanpa perhatian pada urusan agama dan ibadah kepada Allah semata, taat kepada Rasul-Nya dan kebahagiaan di akhirat yang abadi.
Inilah kelalaian yang menimpa kaum muslimin, kelalaian beragam dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya yang akan membawa kepada kehancuran dan kebinasaan di akhirat kelak.
Realita ini harus segera kita sadari dan kita sikapi dengan ajaran Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, agar kita tidak terjerumus kepada cinta dunia dan lupa akhirat yang telah menghancurkan ummat-ummat sebelum Islam.
Di antara akhlak mulia yang harus segera kita amalkan adalah bersegera berbuat kebaikan dan membiasakannya. Yang demikian itu dikarenakan perubahan dan pertambahan jaman selalu identik dengan berkurangnya kebaikan dan bertambahnya kejelekan, seperti yang telah diingatkan oleh Ibnu Abbas radliyallahu 'anhuma:
"Tidaklah datang suatu tahun pun kepada manusia melainkan mereka mengada-adakan di dalamnya satu bid'ah dan membunuh satu sunnah, sehingga hiduplah bid'ah-bid'ah dan matilah sunnah-sunnah." (Diriwayatkan At-Thabrani dan Ibnu Wadldlah dalam Al-Bida', lihat Ilmu Ushulul Bida' hal. 288)
Bertambahnya bid'ah dan berkurangnya sunnah seperti yang diucapkan Ibnu Abbas ini merupakan bukti bahwa kebaikan terus berkembang dari masa ke masa. Bahkan dengan keadaan tersebut, pandangan kebanyakan orang jadi terbalik sehingga kebaikan dianggap jelek dan kejelekan dianggap baik, sunnah dianggap bid'ah dan bid'ah dianggap sunnah.
Keadaan seperti ini bukanlah kekhawatiran semata, namun telah terjadi sejak jamannya Abu Darda' radliyallahu 'anhu. Ia berkata: "Kalaulah Rasululah shallallahu 'alaihi wa sallam keluar (hidup, pent) menemui kalian, niscaya beliau tidak akan mendapatkan apa-apa -- yang beliau dan para shahabat pernah menjalaninya --, kecuali hanya shalat saja."
Demikian pula yang diucapkan Anas bin Malik radliyallahu 'anhu. Bahkan ia mengatakan: "...kecuali hanya ucapan la ilaha illallah." (Lihat mukaddimah kitab Al-I'tisham hal. 33-34 dengan tahqiq Syaikh Salim Al-Hilali).
Demikian langkanya kebaikan di jaman kedua shahabat tersebut apalagi di jaman kita sekarang. Oleh karena itu suatu langkah yang sangat tepat jika kita bersegera memiliki akhlak ini dalam meniti kehidupan kita.
Tentang akhlak ini Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman:
"Maka berlomba-lombalah kalian (dalam melakukan) kebaikan." (Al-Baqarah: 148)
"Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Tuhan kalian dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa." (Ali Imran: 133)
Dalam kedua ayat di atas Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan para hamba-Nya untuk bersegera dan berlomba berbuat kebaikan serta berusaha untuk mencapai surga-Nya. Hal demikian ini juga disabdakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Bersegeralah kalian dalam beramal (sebelum datang) fitnah seperti gelapnya malam. Di pagi hari seseorang masih sebagai mukmin namun di sore harinya ia menjadi kafir. Di sore hari sebagai mukmin namun di pagi harinya menjadi kafir. Ia menjual agamanya dengan tujuan mendapat bagian dari dunia." (HR. Muslim)
Hadits ini jelas menganjurkan untuk bersegera berbuat kebaikan sebelum datang halangan dan rintangan untuk melakukannya. Karena di akhir jaman, fitnah datang susul menyusul hingga di dapatkan ada orang yang masih beriman pada pagi hari namun di sore harinya ia telah berubah menjadi kafir.
Demikian dahsyatnya fitnah melanda kaum muslimin sehingga mereka berada di jurang kehancuran kecuali orang-orang yang diselamatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan bersegera mengamalkan kebaikan dan membiasakannya.
Melalui perkara inilah kaum mukminin tampil beda dengan sesamanya yang tidak memiliki akhlak ini, yaitu orang-orang yang terbuai dengan keindahan dunia sehingga melupakan amal akhirat sebagai bekalnya di hari akhir nanti. Dan dengan akhlak ini pula kaum mukminin menjadi al-ghuraba (orang-orang terasing) di tengah kaum mereka sendiri, karena mereka berbuat kebaikan sedangkan kaumnya berbuat kejelekan. Hal demikian ini pernah ditanya oleh para shahabat kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, ketika mereka bertanya tentang siapa yang dikatakan "al-ghuroba", beliau pun menjawab:
"Orang-orang yang berbuat kebaikan ketika manusia dalam kerusakan." (HR. Al-Ajuri dan Abu Amr Ad-Dani dengan sanad shaih, lihat silsilah Ahadits As-Shahihah 1273)
Setelah akhlak "bersegera berbuat kebaikan" kita miliki, hendaklah kita bersegera pula membiasakannya, karena amalan yang paling dicintai di sisi Allah dan paling banyak pahalanya adalah amalan yang dilakukan terus menerus walaupun sedikit, sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang dibawakan dalam Shahih Bukhori 3/36 dan Shahih Muslim 784. Bahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah melarang untuk menyerupai seseorang yang tidak membiasakan amal kebaikan yang pernah dilakukannya. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Wahai hamba Allah, janganlah kamu seperti Fulan, dahulunya ia shalat malam kemudian ia meninggalkannya." (Muttafaqun 'alaihi)
Dengan akhlak inilah seorang muslim siap menghadapi tahun, masa dan zaman yang baru, yang padanya muncul pula cobaan dan godaan yang baru bagi orang-orang yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya.
Wallahu a'lamu bish-shawaab.
Dikutip dari Majalah Salafy edisi 35.
0 komentar:
Posting Komentar